Permisi, Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh..
Malam ini saya akan menceritakan mengenai 2 kelompok yang cukup berarti dalam kehidupanku.. Di sela waktu tengah malam yang cukup dingin ini, ada beberapa alasan saya menuliskan catatan ini.. Yang pertama untuk mengisi waktu luang, kedua untuk menyegarkan pikiran, dan yang ketiga untuk mengingat kembali gaduhnya 2 kelompok ini..
Kita mulai dengan "Eko's School".. Bisa ku katakan bahwa kelompok ini adalah maskotnya kelas 7.2.. Mungkin beberapa orang menganggap perkumpulan ini hanyalah perkumpulan yang tidak berguna, namun bagiku kumpulan manusia yang cukup keras kepala ini adalah langkah terbaik untuk tahun pertamaku di sekolah ini.. Awalnya kami semua tak satu alias belum terlalu mengenal satu sama lain.. Jadi kami hanya menegur orang yang sudah di kenal saja.. Seperti saya, yang hanya mengenal 2 orang teman pada saat itu.. Yaitu sang ketua kelas, Adhitiya Rana dan sang pengrajin komputer ( menurut saya ), si Rifky Hidayatullah..
Lambat laun waktu berlalu, kita yang awalnya pecah semakin lama semakin saling mengenal satu sama lain.. Di kelompok ini, kebiasaan yang sering terlihat adalah berkumpul di belakang kelas ketika tidak ada yang mengajar.. Dan di belakang sana kegaduhan selalu terlihat.. Yang paling terlihat adalah gaduhnya kami ketika menendang teman yang tidak kompak sendiri atau bahasa kami "begayaan".. Satu orang siswa yang paling terkenal dengan siksa api "Eko's School" adalah Jeremy Siagian atau yang akrab dipanggil Jeje.. Selain itu, kegaduhan kami yang lain adalah bermain bola di dalam kelas.. Kelas ini sampai beberapa kali masuk ke dalam catatan ruang BP, termasuk saya pastinya.. Tapi yang namanya "pergaduhan", pastinya tidak pernah kapok.. Walau sudah masuk BP, tetap saja tradisi menendang bola di dalam kelas tetap berjalan seperti biasa..
Kegaduhan lainnya adalah dalam hal berolahraga.. Saat itu kelas 7.2 mendapatkan jadwal olahraga pada hari Jum'at di jam pelajaran ke 3 dan ke 4.. Walau harus menunggu 80 menit untuk berolahraga, tapi yang namanya orang gaduh itu tidak mengenal keadaan.. Pelajaran pertama dan kedua 7.2 ketika itu diisi pelajaran Bahasa Inggris yang dibawakan Miss Evi.. Di dalam pelajaran itu, kami yang seharusnya memperhatikan guru malah membuka baju dan celana untuk bersiap berolahraga.. Dan ketika bunyi "krriinngg", telpon diangkat.. Eh, maksudnya kami mengangkat baju dan menurunkan celana muslim hari Jum'at.. Tak pandang bulu yang tak terurus, kami mengambil bola dan ngaciirr berlari ke luar lapangan..
Ciri lain dari kami adalah tak kenal lelah.. Apabila Pak Munajam tidak terlihat di lapangan, kami berinisiatif untuk berolahraga sendiri.. Ya bisa dibilang kami berolahraga tak tahu diri.. Di sana kami berlari kesana kesini hanya untuk mendapatkan sebuah bola bundar plastik murah seharga Rp. 5.000,- selama 80 menit.. Masih belum cukup? Oke, ditambah lagi.. Bila waktu olahraga berakhir, pastinya dilanjutkan dengan waktu istirahat.. Namun gaduhnya kami terlihat lagi.. Kalau lapangan masih kosong tanpa ada yang menggunakannya, sip main lagi selama kurang lebih 30 menit.. Jadi kira-kira kami bermain bola pada hari itu sudah selama 110 menit atau 1 jam 50 menit.. Dan sudah bisa ditebak, kami bermain bola bahkan lebih lama dari waktu normal sepak bola dunia.. Hasilnya? Bisa ditebak juga.. Kepala, tangan, dada, perut, paha, betis, telapak kaki dan jari-jarinya yang bau itu rada-rada sakit.. Namun kami bersakit-sakitan untuk mendapatkan kesehatan loh, hehe..
Bila waktu istirahat tak diisi dengan bermain bola, kaki kami berjalan menuju kantin.. Dan kalau kami sudah membawa semangkuk mie ayam ke belakang kelas, itu berarti tradisi "Makan Mie Ayam Berjamaah" telah di mulai.. Tak peduli cara makannya, mau tengkurap, duduk, berdiri, dan telen-tang juga bisa.. Yang penting "Makan..!!".. Itulah gambaran kecil sebuah proyek kecil-kecil di dalam kelas yang kecil tapi besar kebersamaan..
Cerita lain mengenai "Eko's School" adalah gaduhnya kami ketika shalat.. Bukan berarti shalat kami tidak khusyuk karena bercanda, namun semua terlihat di dalam perjalanan kami menuju masjid Al-Arif.. Ketika bel istirahat kedua berbunyi, kami ngaciirr lagi dengan meneriakkan beberapa kalimat resmi milik perkumpulan ini.. Yaitu "Woy, sembako abis" atau "Lapak penuh, woy".. Itulah serunya "Eko's School"
Dan mengenai kenapa mengambil nama "Eko's School", karena di antara kami semua, Eko lah yang bisa dibilang biang kerok kelas ini.. Ketika dia melakukan sesuatu, lantas yang lain mengikuti.. Dan disanalah yang namanya kebersamaan selalu muncul dari pukul 7 pagi hingga pukul 3 siang..
Lanjut ke "4 Serangkai".. Disini saya tidak membicarakan 4 serangkai yang berjuang demi kemerdekaan, tapi membicarakan 4 serangkai yang berjuang demi kegaduhan.. Tempat lahirnya kelompok ini adalah di kelas 8.1, yang saat itu ku sebut-sebut sebagai kelas yang berisi siswa-siswa berotak encer layaknya air di sungai yang jernih.. Berbeda dengan saya, siswa berotak kental layaknya sirup dan kecap manis..
Awalnya, 3 warisan "Eko's School" ( Eko, Apad, dan saya ) yang hijrah ke 8.1 menganggap kelas ini tidak seru karena siswa laki-lakinya saat itu hanya 8 orang dan kegaduhan tidak akan terlihat seperti di 7.2.. Tapi semua pelan-pelan berubah ketika kami bertemu seorang anak dari alumni 7.3, yaitu Bagas.. Dan disitulah kegaduhan kami muncul.. Walau tidak segaduh "Eko's School", kami tetap menikmatinya.. Tidak ada lagi makan mie ayam berjamaah, tidak ada lagi tradisi bermain bola dalam kelas, tapi yang lahir adalah tradisi meledek satu sama lain.. Pastinya tawa yang lahir..
Walau kelas ini tak terlalu banyak memiliki potensi bermain bola, tapi yang ku banggakan dari kelas ini adalah ketika "4 Serangkai" bersama Adhit, Galih, dan Rio yang mampu menjadi juara ke-3 di turnamen futsal antar kelas.. Yang pastinya prestasi ini berada di atas "Eko's School" yang memiliki 14 laki-laki dan hampir semua bisa bermain bola dengan baik, namun selalu terseok-seok ketika berlari di dalam suatu turnamen..
Tak banyak yang bisa ku ceritakan tentang "4 Serangkai" ini, karena semua ceritanya akan selalu berulang namun berbeda dan selalu bertambah seru daripada yang sebelumnya.. Tapi bila "4 Serangkai" sudah bertemu dengan alumni "Eko's School", jangan ditanyakan lagi.. Jangankan gaduh, ricuh saja sampai di bawa-bawa..
Berbeda pula dengan "Eko's School" yang lebih banyak diisi oleh anak laki-laki, di "4 Serangkai" kami bertemu dengan kelompok anak perempuan yang seingat saya bernama "Bencev".. Dan dari situ nama baru keluar, yaitu "Ber-10 / Bersepuluh".. Itu ada di bab lain, karena di bab ini hanya menceritakan "4 Serangkai".. Namun yang pasti, keadaan kami semakin gaduh ketika bertemu dengan "Bencev" itu.. Awal cerita "Ber-10" dimulai ketika adanya tugas drama Bahasa Sunda dan terus berlanjut hingga kami naik ke kelas 9..
Mengenai sejarah nama "4 Serangkai", saya juga kurang tahu.. Karena nama ini adalah sebutan "Bencev" untuk kami.. Mungkin perkumpulan gaduh ini ada 4 orang, jadi disebutnya "4 Serangkai".. Masih bingung? Tanya sendiri saja sama orangnya ya mas atau mbak, hehe..
Setelah hampir setahun perkumpulan ini terbentuk, kelompok gaduh ini telah berhasil menciptakan beberapa kata ejekan semata.. Dan pastinya tidak sampai membuat perasaan orang lain terluka.. Keanehan kami lainnya adalah ketika diejek bukannya malah marah melainkan tertawa tak jelas layaknya anak bocah yang mendapatkan mainan baru..
Itulah kisah yang pernah saya alami, mungkin ini tak berguna.. Tapi saya menuliskan untuk berbagi cerita dan pengalaman hidup saya..
Akhir kata, awal cerita baru..
Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar